Bagian 2
Prosedur Cara Kerja dan Karakteristik Sistem
Pengapian
2.1. Coil Pengapian
Konstruksi.
Coil pengapian terdiri
dari rumah logam yang meliputi lembar pelapis logam untuk mengurangi kebocoran
medan magnet. Lilitan sekunder, yamg mempunyai lilitan lebih kurang 20.000
lilitan kawat tembaga halus dililitkan secara langsung ke inti besi yang
dilaminasi dan disambungkan ke terminal tegangan tinggi yang terdapat pada
bagian tutup coil. Karena tegangan tinggi diberikan pada inti besi, inti harus
diisolasi oleh tutup dan insolator tambahan diberikan di bagian dasar.
Gambar 1: Kontruksi
Coil Pengapian yang umum
Lilitan primer, terdiri dari 200 – 500
lilitan kawat tembaga yang relatif tebal, di tempatkan dekat dengan bagian luar
sekelililng lilitaan sekunder. Panjang dan lebar kawat akan menyebabkan
resistansi lilitan primer berubah tergantung pada penggunaannya.
Coil 12 volt
berkisar 13Ω (Ohms)
Tahanan Ballast
berkisar 2,5Ω(Ohms)
Coil HEI
berkisar 1Ω (Ohms)
Tutup coil pengapian yang berinsulasi mempunyai terminal
teganngan rendah untu batere dan sambungan untuk kontak poin dan sambungan
untuk tegangan tinggi (puncak coil).
2.2. Identifikasi Coil Pengapian
a.
Coil Pengapian terintegrasi.
Gambar 2: Coil
Pengapian terintegrasi
Coil pengapian terintegrasi adalah coil
yang paling umum digunakan dan digunakan sebagai coil standar yang dipasang
oleh pabrik kendaraan. Coil ini diisi dengan oli yang tujuannya sebgai
pendingin.
Penggunaan
coil tertera pada rumah/badan coil. Misalnya :
-
6 V
-
12V
-
Digunakan dengan resistor
ballast.
b.
Coil Pengapian Terintegrasi Berdaya Besar (HEI, High Energy Ignition)
Gambar 3: Coil HEI terintegrasi.
Coil HEI dikembangkan mempunyai tahanan
lilitan primer yang kecil, secara khusus digunakan pada system pengapian
berdaya besar. Sistem ini dirancang untuk memberikan percikan penyulutan yang besar dan lama untuk dapat membakar
campuran udara/bahan bakar yang kurus
yang diperoleh pada engine-engine pengontrol emisi.
Coil HEI tidak dapat digunakan pada system pengapian
dengan kontak point standard karena arus primer yang besar. Coil HEI
diperlengkapi dengan katup pelepas tekanan untuk menjaga bila oli pendingin
terlalu panas.
Catatan:
Coil harus diikatkan
dengan katup yang menghadap pada balok engine untuk menjamin keselamatan diri
dari semburan oli pendingin.
Resistansi
coil primer HEI yang tipikal adalah:
0,75
Ώ sampai 0,9 Ώ Coil Pengapian Tipe E
Gambar 4. Coil Pengapian Tipe E.
Coil pengapian tipe E tersedia untuk
pemakaian semua tipe coil. Coil tersebut sekarang umumnya dipakai
sebagai standard pada banyak kendaraan. Rancangan bagian dalam coil tipe E
serupa dengan coil yang terintegrasi,
tetapi udaranya diinginkan sehingga tidak memberikan keamanan pada katup untuk
pemakaian HEI.
Aplikasi coil dicetak ke dalam dudukan pengikat. Coil-coil
tipe E kadang-kadang diikat ke dalam tutup distributor. Ini memungkinkan hanya sedikit gangguan dari
luar yang terjadi pada pengoperasian dan
memberikan lebih besar rangkaian sekunder bertahanan rendah yang dapat
diandalkan.
c.
Perangkat Coil Pengapian Pembakaran Langsung
Gambar 5. Modul Pengapian & Perangkat Coil
Pengapian Pembakaran Langsung.
Perangkat coil ini bekerja pada system pengapian tanpa distributor. Perangkat coil ini terdiri
dari silinder yang masing-masing mempunyai coil sebagai pasangan silinder.
Modul pengendali system pengapian mengoperasikan
masing-masing coilnya sebagai system tersendiri, menghidupkan dan mematikan
untuk menyediakan bunga api pada masing-masing busi pada waktu yang tepat.
2.3.
Cara Kerja Coil Pengapian
Coil pengapian adalah transformator peningkat
tegangan. Coil menghasilkan pulsa-pulsa tegangan tinggi yang dikirimkan ke
busi-busi untuk menyulut campuran bahan
bakar/udara di tabung engine.
Lilitan primer coil, menyimpan enerji dalam bentuk medan
magnit. Pada waktu yang ditentukan
kontak poin terbuka, arus primer berhenti mengalir dan medan magnit kolap
memotong coil sekunder menghasilkan tegangan tinggi ke dalamnya. Tegangan
sekunder menyalakan busi.
Gambar 6. Medan Magnit dihasilkan oleh Lilitan
Primer.
2.4. Cara Kerja Sistem Pengapian Waktu
1. Rangkaian
Primer
Gambar 7. Rangkaian Primer Sistem Pengapian.
Rangkaian primer merupakan jalur untuk
arus tegangan rendah dari baterai (lihat diagram) dan terdiri dari
komponen-komponen berikut:
·
Saklar Pengapian
·
Lilitan Primer Coil
·
Kontak Poin Distributor
·
Kondensor
2. Rangkaian Sekunder
Gambar 8. Rangkaian Sekunder Sistem Pengapian.
Rangkaian sekunder merupakan jalur untuk arus tegangan
tinggi yang ditingkatkan oleh coil dan terdiri dari komponen-komponen berikut:
·
Lilitan Sekunder Coil
·
Lengan Rotor Distributor
·
Tutup Distributor
·
Busi-Busi
2.5. Cara Kerja Pengapian Induktif
a. Cara Kerja – Poin tertutup
Arus
dari baterai mengalir melalui lilitan-lilitan primer coil, membentuk medan
magnit, melalui kontak poin ke massa.
Gambar 9. Cara Kerja Pengapian Poin-Poin
Tertutup.
b. Cara Kerja Pengapian Poin-Poin Terbuka
Pada saat poin-poin terbuka oleh bubungan pemutus yang
berputar, aliran arus primer terputus. Medan magnit di sekitar lilitan primer
coil kolap dan menyebabkan tegangan
tinggi (4000 – 30.000 volt) pada lilitan-lilitan sekunder. Sentakan tegangan tinggi ini ‘mendorong’ arus
melalui kabel coil tegangan tinggi ke distributor dan kemudian ke busi-busi.
Siklus keseluruhan ini terjadi 50 sampai 150 kali per detik tergantung pada
kecepatan engine.
Gambar
10. Cara Kerja Pengapian Kontak-Poin Terbuka.
c. Kondensor
Kondensor (kapasitor)
biasanya ditempatkan pada dasar distributor.
Gambar 11. Kondensor Dipasang Pada Distributor.
Kondensor mencegah percikan bunga api
pada poin-poin pada saat poin-poin tersebut mulai membuka. Arus yang berlebihan
mengalir ke dalam kondensor pada saat poin-poin terpisah.
Sebuah Kondensor terdiri dari beberapa
lembar kertas timah masing-masing lapisan diberi isolasi kertas paraffin,
lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga berbentuk silinder,
masing-masing kumpulan plat dihubungkan dengan satu kawat sebagai kutub positif
dan negative. Kondensor biasanya dipasang didalam distributor dan ada juga yang
dipasang diluar distributor.
Kondensor itu diperlukan karena:
-
Poin-poin membuka dan menutup
secara mekanis; gerakan tersebut sangat lambat dibandingkan dengan kecepatan
aliran arus.
-
Poin-poin tersebut hanya
membuka sedikit.
-
Tegangan di dalam coil dapat
menjadi sangat tinggi.
Tanpa
kondensor, yang terjadi adalah:
-
Tegangan induksi di dalam
lilitan primer menjadi sangat tinggi mendorong arus meloncati celah membakar permukaan kontak poin.
-
Aliran arus tidak dapat cepat
berhenti, dan medan magnit kolap sangat lambat. Karenanya tegangan sekunder
terlalu rendah untuk ‘menyalakan’ busi.
Cara Kerja Kondensor
Tahap
1 – Poin Tertutup
Gambar 12. Cara Kerja Kondensor Kontak-Poin Tertutup.
Arus mengalir melalui lilitan primer ke massa melalui poin
yang tertutup. Medan magnit terbentuk di sekeliling coil pengapian.
Gambar 13. Osiloskop Menunjukkan Tegangan
Kondensor.
1a. Pola osiloskop mengilustrasikan perubahan polaritas
tegangan pada rangkaian kondensor coil. Tingkat tegangan adalah 12 V pada satu
arah.
Tahap
2 – Poin Terbuka
Gambar
14. Cara Kerja Kondensor Poin Terbuka.
Medan magnit kolap, menginduksi tegangan
ke dalam lilitan sekunder. Karena medan magnit juga kolap memotong lilitan
primer maka tegangan tinggi (kira-kira 300 V) diinduksi ke dalamnya juga.
Tegangan ini akan menyebabkan arus mengalir ke dalam kondensor. Tegangan
kondensor akan naik sampai tegangannya sama dengan tegangan coil.
Gambar 15: Tegangan Kondensor Naik.
2a.
Saat medan magnet kolap tegangan naik dengan cepat.
Tahap
3.
Gambar 16: Pengosongan
Kondensor
Tengan primer mulai munurun. Tegangan kondensor sekarang akan mendorong
balik arua listrik kembali ke lilitan primer coil, hal ini memaksa medan magnet
yang kolap mengalami kolap lebih cepat yang akan menghasilkan percikan bunga
api sekunder yang lebih besar.
Gambar
17: Tegangan kondensor turun.
Gaya medan
magnet yang kolap menghasilkan tegangan induksi dengan arah yang berlawanan.
Tahap 4
Gambar 18: Langkap
Pengisian/Pengosongan Kondensor
Berkaitan dengan pengaruh medan magnet kondensor dan arus
pada lilitan sekunder, gerak gaya listrik balik dihasilkan pada lilitan primer
beberapa kali. Arus akan mengalir masuk dan keluar pada kondensor melalui
lilitan samapi energi listriknya hilang.
Hal ini menimbulkan efek osilasi.
Gambar 19: Langkah
Pengisian dan Pengosongan tegangan kondensor
Gangguan
Kondensor.
Kondensor relatif murah, dan karena kondensor sering
menjadi penyebab rusaknya kontak poin, mekanik biasanya mengambil langkah yang
praktis dengan cara memasang kondensor yang baru apabila mereka mengganti
kontak poin.
Bagaimanapun
juga, bila dilakukan diagnosa pada system pengapian, sering diperlukan menguji
kondensor untuk menentukan penyebab gangguan. Empat pengujian dasar yang
dilakukan pada kondensor adalah:
- Kondensor mangalami
hubungan singkat.
- Kebocoran atau
resistansi insulatornya rendah
- Resistansi hubungan seri
yang tinggi.
- Kapasitas dalam
microfarad.
Kondensor mengalami hubungan
singkat.
Kondensor
mengalami hubungan singkat disebabkan oleh rusaknya insulator di antara
pelat-pelat kondensor. Kondensor yang mengalami hubungan singkat tidak akan
mampu menyimpan muatannya dan mencegah kondensor berkerja.
Kebocoran.
Kondensor yang bocor disebabkan oleh resistansi insulator yang
rendah. Kondensor tidak mampu menyimpan
muatan listrik pada waktu tertentu karena resistansi insulator yang rendah
memungkinkan terjadi kebocoran dari satu pelat ke pelat yang lain.
Resistansi tinggi.
Resistansi
seri ysng tinggi bisanya disebabkan oleh kerusakan kabel kondensor atau
sambungan kondensor yang jelek.
Kapasitas.
Kapasitas kondensor ditentukan oleh luasnya permukaan
pelat-pelat, jarak antar pelat, bahan insulator yang digunakan dan bahan-bahan
yang diperkaya.
2.6. Sudut Dwell
Sudut Dwell adalah besarnya sudut putaran
bubungan distributor saat kontak poin menutup. Sudut Dwell yang tepat sangat
penting pada coil pengapian. Coil pengapian, agar dapat berkerja dengan baik
memerlukan waktu aliran arus yang mengalir pada lilitan primer cukup lama agar
mampu membangkitkan medan magnet yang kuat di sekitarnya.
Kekuatan medan magnet digunakan untuk memotong lilitan
sekunder agar menghasilkan tegangan yang diperlukan untuk menyalakan busi.
Gambar 20: Sudut Dwell
Celah kontak poin dapat merubah sudut
dwell. Celah kontak poin yang sempit akan menaikkan sudut dwell. Ini berarti
kontak poin tertutup lebih cepat dan munutupnya terlambat dan ini meningkatkan
sudut dwell.
Sudut dwell yang terlalu besar dapat menimbulkan kerugian.
Kontak poin menutup lebih cepat dapat mempengaruhi kerja coil pengapian dan
kondensor menyebabkan pembakaran yang jelek dan kontak poin terbakar karena
percikan yang berlebihan.
Celah yang besar atau sudut dwell yang kecil, menyebabkan
kontak poin menutup lambat dan membuka lebih cepat, coil tidak punya waktu
untuk memperoleh kejenuhan medan magnet dengan demikian menimbulkan pembakaran
yang jelek.
2.7.
Penundaan Arus Primer Coil
Tegangan batere memaksa arus mengalir
melalui lilitan primer coil saat kunci kontak dan kontak poin tertutup. Besar
arus maksimum yang mengalir melalui rangkaian primer dibatasi oleh resistansi
kawat tembaga lilitan perimer coil dan
seristansi lainnya yang terdapat pada rangkaian.
Pada saat kontak poin menutup arus mulai mengalir. Medan
magnet di sekeliling kawat primer coil terbentuk memotong lilitan yang
berdekatan dan hal ini menghasilkan tegangan balik yang melawan aliran arus
masuk.
Tegangan balik memperlambat (dalam waktu singkat)
pencapaian arus maksimum. Karakter ini disebut induktansi. Pembentukan medan magnet primer menghasilkan
tegangan induksi pada lilitan sekunder coil, tetapi ini tidak cukup kuat untuk
membentuk percikan bunga api pada busi.
Perubahan tegangan dapat dilihat pada layar osiloskop sinyal penutupan
kontak poin pada lilitan primer maupun sekunder.
Gambar 21: Kejenuhan
medan magnet pada Coil
Output Tegangan Tinggi
Hal-hal yang
mempengaruhi tegangan output coil adalah:
- Arus primer.
- Tegangan primer.
- Perbandingan lilitan.
- Kecepatan kolap medan
magnet.
- Bahan ini coil.
Tegangan yang diperlukan untuk menyalakan busi tergantung
pada banyak hal, misalnya perbandingan kompresi engine, kecepatan engine,
perbandingan campuran udara/bahan bakar, temperatur busi, bentuk dan lebar
celah busi dan banyak hal-hal lainnya.
Tegangan nyata yang muncul pada system sekunder ditentukan
oleh kebutuhan busi. Karena kebutuhan busi berubah-ubah, tegangan sekunder juga
berubah-ubah, samapai tingkat maksimum yang dapat dicapai yang ditentukan oleh
daya yang masuk ke coil dan hal-hal lainnya.
Kesalahan penyalaan selalu terjadi apabila tegangan yang masuk melebihi
tegangan yang diperlukan.
Lamanya Penyulutan
Lamanya waktu penyulutan, atau lama terjadinya percikan
bunga api, menjadi sangat penting untuk mengendalikan emisi gas buang.
Diperlukan campuran yang kurus untuk mengendalikan emisi gas buang. Dengan
campuran yang kurus bagaimanapun juga, jika lamanya nyal bunga api tidak cukup
lama, campuran tidak akan terbakar dengan baik. Lamanya nyala bunga api pada
busi haru berkisar 0,8 – 2 milidetik (mS, millisecond) dengan arus 100-150
miliamper untuk mendapatkan pembakaran yang baik.
Catatan:
Lamanya nyala bunga api pada busi ditentukan oleh daya
yang dihasilkanoleh coil.
Daya = Tegangan (volt) X Arus
(amper)
Dua jenis mekanisme pemaju saat pengapian digunakan pada
system yang menggunakan kontak poin; pemaju sentrifugal (berhubungan dengan
kecepatan putaran engine) dan pemaju vacuum (berhubungan dengan beban engine).
Peralatan ini merubah saat pembakaran untuk kondisi kerja engine yang berbeda
seperti dijelaskan pada alinea yang lain.
Pengendali
Pengapian Sentrifugal
Untuk mendapatkan saat pemajuan yang diperlukan saat
putaran engine naik, distributor mempunyai mekanisme sentrifugal yang terdiri
dari dua buah pemberat yang mempunyai titik tumpu di bagaian bawah distributor.
Kedua pemberat ini ditahan pada dudukannya oleh pegas dan berputar dengan sumbu
distributor. Jika kecepatan putar naik, pemberat terlempar ke arah luar (karena
pengaruh gaya sentrifugal) melawan tarikan pegas dan akhirnya memajukan
bubungan kontak poin.
Gambar 22: Salah satu contoh Mekanisme Pemaju
Pengapian jenis Sentrifugal.
Bubungan dapat bergerak bebas pada poros
distributor dan saat pemberat bergerak ke arah luar akibat gaya sentrifugal,
bubungan bergeser, atau berputar, searah dengan perputaran poros. Hal ini
membuat bubungan kontak poin bersinggungan lebih cepat dengan kontak poin,
dengan demikian terjadilah pemajuan pengapian.
Gambar 23: Salah satu
contoh Kurva untuk Mekanisme Pemaju Pengapian
Sentrifugal.
Kurva pemajuan pengapian di atas (untuk pengendalian
sentrifugal) mungkin diberikan oleh sejumlah pabrik dalam bentuk gambar dua
garis. Untuk grafik di atas dapat muncul (ditafsirkan) sebagai berikut:
RPM |
500 |
700 |
900 |
1050 |
1200 |
1400 |
1700 |
2100 |
2600 |
3100 |
3600 |
4200 |
Derajad Engine |
0 |
6 |
12 |
16 |
21 |
27 |
28 |
30 |
32 |
34 |
36 |
36 |
Pengendali
Pengapian Vacuum
Interval waktu antara saat terjadinya penyalaan dan saat
diperoleh tekanan kompresi maksimum adalah tidak tetap, tetapi berubah-ubah
sesuai kecepatan pembakaran.
-
Jika campuran kaya dan
tekanan kompresi tinggi, dia akan terbakar dengan sangat cepat sewaktu di
sulut.
-
Jika campuran miskin dan
tekanan kompresi rendah, campuran akan terbakar dengan lambat.
Walaupun perbandingan kompresi tidak berubah-ubah pada
suatu engine, jumlah campuran udara/bahan bakar di dalam silinder (pada awal
langkah kompresi) berubah-ubah sesuai posisi pembukaan katup throttle, dengan
demikian terjadi perubahan pada tekanan kompresi pada rentang kerja engine.
Pengendali
pemajuan percepatan pembakran Vacuum digunakan untuk merubah saat pengapian
untuk menyesuaikan dengan perubahan beban engine |
Gambar 24: Contoh suatu Kurva untuk Pemaju
Pengapian Vacuum.
Mekanisme pengendali pemajuan pengapian
vacuum terdiri dari unit diafragma vacuum, dihubungkan dengan pelat dudukan
distributor dan sisilain diafragma dihubungkan dengan saluran vacuum karburator
melalui selang vacuum.
Diafragma ditahan pada posisinya oleh pegas. Pelat dudukan
dan kontak poin akan berputar saat diafragma berhubungan dengan kevacuuman saluran
masuk engine.
Cara Kerja
Pembukaan katup throttle yang kecil akan memberikan
tingkat kevacuuman yang tinggi pada diafragma yang mengakibatkan pelat dudukan
berputar mempercepat saat pengapian.
Saat pembukaan katup throttle membuka
semakin lebar, pengaruh kevacuuman akan menurun mengurangi pemajuan saat
pengapian. Pembukaan penuh katup throttle akan memberikan tekanan udara luar
(tidak ada kevacuuman) terhadap diafragma mengakibatkan tidak terjadi pemajuan
saat pengapian.
Catatan:
Kerjasama antara pemaju pengapian sentrifugal dan
kevacuuman secara otomatis memberikan perubahan yang pasti terhadap saat
pengapian pada setiap rentang kerja engine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar